Sabtu, 27 Agustus 2011

10 Alasan Mengapa Kita Harus Kasihan Sama Malaysia




Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membakar kemarahan anda terhadap Malaysia. Sebaliknya, kita mungkin sedikit perlu berempati kepada tetangga kita itu yang nyaris tidak punya identitas.

Cobalah kita berjiwa besar karena kita adalah bangsa besar, jauh lebih besar dan dahsyat dari Malaysia atau negara-negara kecil lain di dunia. Silakan anda baca tulisan di bawah. 


1. Kemerdekaan Malaysia diberi oleh Inggris

Indonesia lahir dan jadi bangsa terbesar di dunia dengan cara yang heroik, mengusir bangsa-bangsa imperialis terbesar dunia, Belanda, Inggris, Jepang. Sukarno, Hatta, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, sejarah Indonesia penuh dengan pahlawan-pahlawan besar. Malaysia merdeka dikasih Inggris.

Baca kutipan dari Majalah Time di tahun 1957 tentang kemerdekaan Malaysia :


“The Malayans .. though the curiously un-enthusiastic calm with which they received their independence was attributed by British residents to the fact that it was ‘handed to them on a platter.’”
Warga Malaysia tidak antusias karena kemerdekaannya seperti diberi oleh kerajaan Inggris.

Time Magazine, “Malaya, A New Nation”.

2. Pusat budaya Melayu adalah Sumatra, Bukan Malaysia.



Melayu awalnya berpusat di Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan Palembang. Dasar kebudayaan Malaysia cuma Melayu itupun kalah sama Sumatra. Lagu-lagu, tarian, dan karya sastra Melayu di Sumatra jauh lebih kaya. Dan kebudayaan Melayu hanyalah salahsatu dari ribuan budaya Indonesia yang sangat unggul dan kaya. Makanya Malaysia suka meng-copy-paste kebudayaan lainnya termasuk Indonesia, China, dan India.

3. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Vs Malaysia

Lagu kebangsaan Indonesia adalah salahsatu lagu kebangsaan paling heroik di dunia, dan selalu dinyanyikan bangsa Indonesia dengan penuh rasa kebanggaan. Lagu kebangsaan Malaysia, ternyata cuma hasil jiplakan lagu orang.

4. Ekonomi Indonesia akan jadi jauh lebih besar dari Malaysia

Juni 2009 kemarin Morgan Stanley menyatakan Indonesia akan menjadi The Next BRIC, Brazil, Rusia, India, China, dan Indonesia, dan mempunyai potensi menjadi salahsatu ekonomi terkuat di dunia. Indonesia diundang secara khusus di pertemuan eksklusif negara-negara industrial G-8, dan menjadi anggota dari G-20. Malaysia tidak pernah diundang (Singapura aja ngga diundang!).

5. Ketergantungan Malaysia Pada Indonesia.

Ekonomi Malaysia tergantung dengan Indonesia. Walaupun TKI cuma kuli kasar, ekonomi Malaysia akan langsung kolaps kalau tidak ada mereka. 

6. Malaysia, Bosan! (Bukan ”Malaysia, Bisa!”).

Malaysia adalah negara paling membosankan di dunia. Tidak banyak hal-hal menarik pernah terjadi di Malaysia. Berita paling seru di Malaysia adalah kasus sodomi Anwar Ibrahim.

7. Malaysia Super Corridor 

Malaysia pernah bikin jaringan internet canggih Malaysia Multimedia Super Corridor yang sangat mereka banggakan. Indonesia punya Onno Purbo, dan Onno Purbo diundang jadi pembicara di CERN, European Organization for Nuclear Research, tempat kelahiran WWW di dunia.

8. Dominasi Lagu Indonesia di Malaysia

Lagu-lagu Indonesia mendominasi Malaysia, sampai-sampai para penyanyi dan produser lagu Malaysia yang keteteran, ”Persatuan karyawan industri musik Malaysia” (Karyawan), meminta Kementrian Komunikasi Malaysia segera membatasi pemutaran lagu-lagu Indonesia. Lagu-lagu Malaysia sendiri benar-benar menyedihkan dan tidak bermanfaat bagi umat manusia.

”Penyanyi rock terkenal Malaysia Amy Search mengatakan kepada pers, jika jam 10 malam ke atas Malaysia sudah seperti Jakarta karena semua radio menyiarkan lagu-lagu Indonesia hingga dinihari”.
Laporan AntaraNews September 2008, Lagu Indonesia Bakal Dibatasi di Radio Malaysia.

9. Malaysia Belum bisa Demokrasi.

Malaysia masih negara otoriter, tokoh seperti Anwar Ibrahim saja dituduh sodomi secara resmi oleh pemerintahnya sendiri. Dan sebaliknya adalah sebuah keajaiban besar, bahwa sebuah bangsa yang sebesar dan sekompleks Indonesia, justru sudah mampu membangun sistem demokrasi yang baik dan damai.

10. Malaysia Truly Buaya.

Turis Malaysia datang ke Indonesia dan menikmati keindahan alam Indonesia. Turis Indonesia datang ke Malaysia karena ketipu. (Masak orang Indonesia jalan-jalan ke Malaysia mau lihat reog sama tari Pendet?!).

Dan untuk apa kesana cuma mau lihat Menara Petronas? Mending lebih seru ke Singapur atau Dubai sekalian, atau ke Bandung makan batagor.

 Sekali lagi, Peace.... Manfaatkan semangat dan emosi besar anda untuk membangkitkan Indonesia!


source: http://dunia-panas.blogspot.com/2010/09/10-alasan-dan-sebab-mengapa-kita-harus.html

Operasi Alpha, Kerjasama Rahasia Militer RI-Israel



  


Mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsda Djoko Poerwoko wafat di Brazil tanggal 9 Agustus 2011 pukul 22.30 waktu setempat. Keberadaan Djoko di Brazil untuk melakukan kunjungan ke Pabrik Super Tucano atas undangan pihak Embraer. Djoko terkena serangan jantung. Saat ini pihak keluarga masih menunggu kepulangan jenazah Djoko.

Djoko merupakan salah satu penerbang tempur handal TNI AU. Berbagai jabatan pernah diembannya. Dia pensiun pada 30 September 2006. Demikian keterangan pers dari Dispen TNI AU, Rabu (10/8/2011).

Banyak pengalaman penerbang tempur yang satu ini. Salah satunya adalah mengikuti operasi Alpha. Inilah operasi rahasia antara TNI dan Militer Israel untuk membeli 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk, melatih pilot Indonesia di Israel dan menyamarkan pesawat tempur itu agar bisa dibawa pulang.

"Saat itu kebutuhan TNI AU untuk memperbaharui armada tempurnya. Pembelian ke Israel itu tentunya masalah sensitif. Proses pembeliannya diatur oleh petinggi ABRI saat itu Pak Benny Moerdani, sedangkan Pak Djoko Poerwoko adalah salah satu pilot yang dilatih di sana," ujar pengamat militer Mufti Makarim kepada detikcom, Rabu (10/8/2011).

Operasi ini digelar secara rahasia pada tahun 1980. Hingga kini, TNI tidak pernah mengakuinya. Saat itu TNI AU kekurangan pesawat tempur. Pesawat seperti F-86 dan T-33 sudah tua dan tidak bisa beroperasi maksimal. Amerika Serikat bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II, tetapi hal itu dianggap belum cukup. Apalagi saat itu Indonesia harus menghadapi operasi militer lanjutan di Timor Timur.

Pihak intelijen mendapat informasi, Israel akan menjual 32 pesawat A-4 Skyhawk. Masalahnya tentu tidak sesederhana itu. Selain tidak ada hubungan diplomatik, pembelian pesawat tempur ke Israel juga akan menuai protes keras dari masyarakat. Tapi pihak ABRI memutuskan operasi terus berlanjut.

Setelah mengirimkan teknisi, 10 Pilot TNI AU diberangkatkan ke Israel. Bahkan 10 pilot itu tidak tahu mereka akan diberangkatkan ke mana. Dalam buku autobiografinya, Menari di Angkasa, Djoko Poerwoko menceritakan pengalamannya.

"Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan belajar terbang disana. Informasi lain-lain masih sangat kabur," tulis Djoko.

10 Pilot tersebut berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia dari Halim Perdana Kusuma ke Singapura. Setelah mendarat, di Singapura mereka dijemput oleh beberapa petugas intel ABRI. Mereka mulai sadar tidak akan diterbangkan ke AS, tetapi ke Israel. Sebuah negara yang sangat dibenci oleh masyarakat Indonesia.

Mayjen Benny Moerdani yang saat itu menjadi Kepala Badan Intelijen ABRI memberikan briefing. Ini misi rahasia. Jika misi gagal, pemerintah Indonesia tidak akan mengakui kewarganegaraan mereka. Benny juga memberikan pilihan jika ada yang ragu silakan kembali. Operasi ini dianggap berhasil jika pesawat tempur A-4 Skyhawk yang diberi kode 'merpati' sudah masuk ke Indonesia.

Berbagai pikiran berkecamuk di benak para pilot tersebut. Kaget dan bingung tentu saja. Tapi tidak ada yang mundur. Mereka pun diberi identitas palsu dan akhirnya siap diberangkatkan.


"Saat itu Benny Moerdani yang mengatur operasi Alpha. Tentu zamannya berbeda. Kalau dulu dengan kekuasaan tak terbatas yang dimiliki, ABRI bisa melakukan upaya semacam itu. Kalau sekarang tentu tidak bisa, karena menggunakan dana APBN, harus ada pertanggung jawabannya. Lagipula operasi semacam ini tentu melanggar prinsip keterbukaan. Belum lagi kerjasama dengan Israel, kalau dilakukan kini tentu Ormas-ormas Islam akan sangat keras menentang," ujar pengamat militer Aris Santoso.

Operasi Alpha digelar 31 tahun lalu. Misi khusus untuk membeli 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk, melatih pilot TNI AU di Israel, dan membawa pulang pesawat ke Indonesia berlanjut. Dari Singapura, 10 Pilot TNI AU diterbangkan ke Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa. Mereka tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.

Begitu mendarat di Bandara Frankfurt, Mereka berganti pesawat lagi untuk menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Semuanya bingung dan jetlag. Begitu sampai di Tel Aviv, mereka ditangkap dan digiring petugas keamanan bandara. Semuanya hanya pasrah, oleh karena memang tidak tahu skenario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya menunggu dengan hati berdebar.

Setelah memasuki ruang bawah tanah, dan melihat ada beberapa perwira intelijen ABRI, baru para pilot merasa tenang. Ternyata penangkapan hanya skenario saja agar mereka bisa keluar bandara dengan cepat tanpa diketahui.

Mereka langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Segala sesuatu yang yang terkait dengan Indonesia di-sweeping. Para pilot ini juga diajari sedikit bahasa Ibrani. Mereka diperintahkan mengaku pilot dari Singapura.

Mereka dibawa ke Pangkalan Udara di Kota Eliat. Pangkalan itu rahasia. Tidak ada nama resminya. Atas kesepakatan, selama latihan Pangkalan Udara itu dinamai 'Arizona'. Karena resminya memang para penerbang itu akan dikirim ke Arizona. Di sana mereka berlatih dengan pesawat A-4 Skyhawk. Melakukan berbagai manuver, mengoperasikan pesawat tempur sebagai mesin perang, hingga menembus hingga perbatasan Suriah.

Setelah sekitar 4 bulan, Latihan terbang berakhir tanggal 20 Mei 1980. Para perwira lulus dan berhak mendapatkan ijazah dan brevet penerbang tempur. Namun para perwira intelijen ABRI yang hadir justru membakarnya di depan para pilot itu. Tentu saja untuk menghilangkan bukti bahwa pernah ada kerjasama militer RI dan Israel.

Para penerbang itu kemudian dibawa ke Amerika Serikat. Sekedar untuk berfoto-foto. Di manapun ada tulisan AS mereka disuruh berfoto. Ini untuk mengecoh, seolah-olah bahwa mereka memang dikirim ke AS, bukan ke Israel. Kepada para komandan di kesatuan pun, para pilot ini harus mengaku telah dilatih di AS, bukan Israel.

Kemudian Tanggal 4 Mei 1980, paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok. Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, berlabel F-5. Saat itu Indonesia juga memang memesan pesawat F-5 Tiger dari AS. Jadi seolah-olah pesawat yang diangkut kapal laut itu adalah juga pesawat F-5. Secara bergelombang, pesawat-pesawat A-4 Skyhawk terus berdatangan.

Operasi Alpha accomplished! 



From : detik.com

Selasa, 23 Agustus 2011

ALUTSISTA : ALAT UTAMA SISTEM SENJATA: Sukhoi SU-35BM







Inilah Pesawat Tempur canggih Sukhoi SU-35BM yang dilirik TNI AU untuk menambah skadron tempur yang hingga saat ini masihdirasa kurang untuk menjaga angkasa NKRI.
ALUTSISTA : ALAT UTAMA SISTEM SENJATA: Sukhoi SU-35BM

Minggu, 21 Agustus 2011

Begundal.com: mp3 Dangdut Koplo......

Begundal.com: mp3 Dangdut Koplo......: Halaman ini didedikasikan untuk genre musik dangdut koplo. Anda akan mendapatkan koleksi Dangdut Koplo, MP3 , silahkan di download: Dingin ...

Jumat, 19 Agustus 2011

Soekarno, CIA dan Jatuhnya Freeport Ke Tangan Amerika


Bermula dari memburuknya hubungan Soekarno dengan Belanda, disusul dengan usaha pembunuhan atas Soekarno (Soekarno menuduh Belanda sebagai dalang usaha pembunuhan atas dirinya), Soekarno mengeluarkan kebijakan nasionalisasi aset kemudian menyita semua kepemilikan usaha Belanda. Tentu kebijakan ini merugikan kepentingan bisnis Amerika, apalagi salah satu perusahaan Amerika, Freeport Sulphur Company, sudah teken kontrak untuk mengeksplorasi kekayaan alam Papua.

CIA tidak tinggal diam, setelah gagal membentuk pemerintahan Pro-Barat melalui pemilu Tahun 1958, Deputy Direktur Perencanaan CIA, Frank Wisner, menggelar Operasi Hike. Operasi yang bertujuan membentuk tentara bayaran. Terdiri dari puluhan ribu warga Indonesia yang dipersenjatai dengan harapan dapat menggulingkan pemerintahan Soekarno.

Selain kegiatan paramiliter, CIA juga melancarkan perang psikologis untuk mendiskreditkan Soekarno, seperti menyebar isu bahwa Soekarno telah dirayu oleh seorang pramugari Soviet. Untuk itu, Sheffield Edwards, Kepala Keamanan CIA, meminta Kepala Kepolisian Los Angeles untuk membantu pembuatan film porno untuk melawan Sukarno, seolah-olah menunjukkan Sukarno-lah pelakunya. Pihak lain yang terlibat dalam upaya ini adalah Robert Maheu, Bing Crosby dan saudaranya.

CIA berusaha mempertahankan keberlangsungan program ini, tapi salah satu 'tentara bayaran' tertangkap saat akan melakukan pemboman. Semua bukti menjurus kepada keterlibatan CIA tak terbantahkan. Namun CIA tetap mengelak. Soekarno tidak gentar, dia menggalang semua kekuatan yang setia kepadanya dan menghancurkan semua pemberontakan yang didukung oleh CIA.



Ketika masa pemerintahan Kennedy, Amerika punya kebijakan lain. Dasar pijakannya adalah, Kennedy berpandangan bahwa akrabnya Soekarno dengan Komunis lebih disebabkan karena Soekarno membutuhkan bantuan senjata dan ekonomi. Bukan karena Soekarno memang seorang Komunis. Terbukti pada tahun 1948 Soekarno memadamkan pemberontakan komunis. Bahkan Departemen Luar Negeri di Amerika Serikat mengakui bahwa Sukarno lebih nasionalis ketimbang Komunis.


Namun sengketa Irian Barat menimbulkan dilema bagi Amerika. Satu sisi Belanda adalah sekutu dekat, di sisi lain Amerika pun tengah berusaha menggandeng Indonesia. Akhirnya, Kennedy menekan Belanda di belakang layar untuk mundur dari Irian Barat. Belanda pun mundur. Mundurnya Belanda membuat perjanjian kerjasama Freeport dengan East Borneo Company mentah kembali. Freeport semakin marah begitu mengetahui Kennedy juga akan memberikan bantuan 11 juta Dollar kepada Indonesia. 



Menurut banyak pihak, peristiwa pembunuhan Kennedy tidak lepas dari kebijakan-kebijakan Kennedy yang tidak mewakili kepentingan kaum globalis. 


Hingga pada masa Johnson tahun 1963, semua berbalik 180 derajat. Johnson mengurangi program bantuan atas Indonesia. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport (perusahaan yang gagal mengeksplorasi papua) yang terpukul dengan kebijakan Soekarno dimana 60% laba perminyakan harus diserahkan kepada Indonesia. 



Perlu kita ketahui, Augustus C.Long adalah orang yang punya pengaruh di Amerika kala itu. Selain dekat dengan CIA dan tokoh Globalis berpengaruh , Rockefeller, dia juga pernah menjabat posisi strategis dalam pemerintahan Amerika sebagai anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Dan Long diyakini sebagai salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno. 


Hingga pada akhirnya Soekarno lengser dan Indonesia dipimpin oleh Soeharto. Tentu saja peristiwa ini terjadi atas rekayasa Amerika. 



Naiknya Soeharto ke tampuk pimpinan membuat Freeport Sulphur Company bernapas lega. ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss, dan didektekan oleh Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport Sulphur Company! Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.


Berikut diantara kerugian-kerugian yang tercatat dalam perjanjian (dikutip dari eramuslim.com) : 

  • Perusahaan yang digunakan adalah Freeport Indonesia Incorporated, yakni sebuah perusahaan yang terdaftar di Delaware, Amerika Serikat, dan tunduk pada hukum Amerika Serikat. Dengan lain perkataan, perusahaan ini merupakan perusahaan asing, dan tidak tunduk pada hukum Indonesia.
  • Tidak ada kewajiban bagi Freeport untuk melakukan community development. Akibatnya, keberadaan Freeport di Irian Jaya tidak memberi dampak positif secara langsung terhadap masyarakat setempat. Pada waktu itu, pertambangan tembaga di Pulau Bougenville harus dihentikan operasinya karena gejolak sosial.
  • Pengaturan perpajakan sama sekali tidak sesuai dengan pengaturan dalam UU Perpajakan yang berlaku, baik jenis pajak maupun strukturnya. Demikian juga dengan pengaturan dan tarif depresiasi yang diberlakukan. Misalnya Freeport tidak wajib membayar PBB atau PPN.

Politik Rasialis di Sudut Malaysia




SABAH, KOMPAS.com - Negara Bagian Sabah, di ujung timur Malaysia, semestinya menjadi melting pot  bagi keberagaman Malaysia. Komunitas Tionghoa Hakka, suku asli Kadazan-Dusun, suku-suku di pesisir seperti Bajau, Suluk, dan Sungai, hidup berdampingan serta saling kawin-mawin di masa silam. Hubungan antarkaum dan antaragama sangat cair serta tidak ada prasangka.

Komposisi penduduk Sabah di masa silam menyulitkan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Barisan Nasional (BN) untuk menguasai negara bagian yang sangat plural itu. BN adalah koalisi partai di mana UMNO menjadi penentunya.

Nyaris seratus persen penduduk Sabah kala itu adalah warga yang tidak masuk kategori Melayu (pendukung utama UMNO dan BN). Warga pemeluk Islam asli Sabah pun seperti suku Suluk, Bajau, dan Sungai tidak memiliki kaitan langsung dengan warga Melayu Semenanjung.

Sabah pun dianggap anak nakal secara politik karena tidak bisa dikuasai BN yang kini membangun ”Orde Baru” ala Malaysia dengan basis politik rasial seperti Afrika Selatan di masa apartheid. Hak-hak khusus diberikan berdasarkan asal-usul rasial di Semenanjung Malaysia yang ditularkan ke Sabah dan Sarawak.

Situasi yang harmonis di Sabah berubah drastis tahun 1970-an hingga 1990-an. Salah satu tonggak perubahan adalah masa kepemimpinan Tun Datu Mustapha bin Datu Harun (1967-1975). Kala itu, demi kemenangan UMNO, diimporlah pendatang Filipina Selatan dan Indonesia untuk menjadikan warga asli Kadazan-Dusun dan Tionghoa Sabah minoritas.

”Overnite” Bumi Putra
”Waktu zaman Tun Mustapha menjadi Menteri Kepala Negara Bagian Sabah mulai dikenal istilah overnite Bumi Putra. Orang yang baru datang dari Filipina dan Indonesia dijadikan warga asli. Mereka diberikan kartu identitas dan dokumen sebagai warga Sabah,” ujar Soleh, seorang warga Sabah.

Tun Mustapha pada medio 1970-an juga mengusir para misionaris yang mengajar di sekolah-sekolah pedalaman Sabah. Sangat ironis mengingat seperti di pedalaman Papua, para misionaris berjerih payah membangun sekolah dan mendidik warga pedalaman Sabah.

Karangan Datuk Peter Motunjin, seorang putra asli Sabah yang menulis sepak terjang Tun Mustapha, dilarang terbit. Politik rasial ala Semenanjung pun ditancapkan di Sabah.

Walhasil, dukungan suara untuk UMNO dan BN pun menggelembung di Sabah. Jadilah kekuasaan dari kubu politisi lokal beralih ke tangan penguasa di Semenanjung Malaysia.

Reformis dari kubu Pakatan Rakyat, Nurul Izzah Anwar, mengatakan, Sabah dan Sarawak sudah dijadikan fixed deposit oleh kubu penguasa.

Sumber mengatakan, pada akhir 1970-an dan 1980-an aparat Indonesia juga mengizinkan migrasi kelompok-kelompok anti-Pancasila untuk pindah ke Sabah. Sabah menjadi lokasi mereka mengembangkan jaringan ke Filipina Selatan, Sulawesi Selatan, dan Jawa.

Apeng—bukan nama asli—seorang Tionghoa Hakka generasi keempat juga mengeluhkan kondisi Sabah dewasa ini. ”Dulu kala semua rukun, tidak ada perbedaan karena etnis atau keyakinan. Kenapa ketegangan politik di Semenanjung mesti dibawa ke Sabah,” ujar dia.

Sabah hari ini masih eksotis sebagai tujuan wisata alam dan petualangan. Namun, situasi politik di Sabah bagai bara dalam sekam. Sabah-Sarawak menjadi pertaruhan terakhir bagi kubu penguasa BN yang mengandalkan politik rasis.

”Kalau Sabah-Sarawak mendukung oposisi, ada harapan untuk membangun Malaysia baru yang plural dan tidak berdasarkan sentimen rasial,” ujar Amir, seorang mantan wartawan, warga Semenanjung yang mendukung perubahan Malaysia

Rabu, 17 Agustus 2011

Kesahajaan Veteran (Dedicate to Ilyas Karim )








.. 17 - 8 - 1945… Setelah sholat subuh Ilyas muda bersama sekitar 50 orang anggota API (Asrama Pemuda Islam) berjalan kaki dengan penuh semangat dari basecamp API di bilangan menteng menuju Pegangsaan timur 56 kediaman Soekarno..

Sampai di rumah Soekarno, tiba tiba lengan kiri Ilyas di tarik oleh Sudanco Latif Hendraningrat, komandan pleton petugas protokoler istana.

 ‘ dik, kamu nanti jadi pengibar bendera.. Hati hati ya.. nanti memegangnya jangan sampai sobek.. ini cuma di jahit dengan tangan oleh Bu Fatmawati..’

Tidak ada latihan, tidak ada pula gladi resik sebab beberapa saat kemudian prosesi Proklamasi Kemerdekaan langsung di mulai.

Pemuda pengibar bendera yang bercelana pendek dan membelakangi kamera seperti yang tampak dalam foto sejarah perjuangan itu adalah Ilyas Karim..

 ‘ di antara orang yang ada di foto tersebut tinggal saya yang masih hidup..’

Bekas tentara itu kini tak lagi tegap menantang.. kulit keriput di makan usia..kedua matanya harus di plester agar tak terpejam akibat serangan stroke beberapa tahun yang lalu..

Tentara jaman dulu memang benar benar mengabdi negara tanpa pamrih.. mereka tidak mengenal korupsi..terbukti setelah memasuki masa purna Ilyas tak jua mampu membeli rumah untuk keluarganya.. Penggusuran paksa dari asrama tentara membuatnya shock karna tanpa pemberitahuan sebelumnya ketika buldoser meratakan bangunan yang ada tanpa bisa menyelamatkan harta benda.. Ilyas tak berdaya.. serangan jantung mendera di iringi isak tangis keluarga dan kehilangan harta benda yang tak seberapa..

Ilyas tua merana.. perjuangan merebut kemerdekaan dan pengorbanan tenaga dan pikiran untuk negara tercinta hingga sang merah putih berkibar di angkasa dan pekikan ‘MERDEKA’ membahana di mana mana..tak mampu menghapus duka yang di pikulnya.. setelah Jantung mereda beban pikiran menanggung hidup dan biaya sekolah anak anaknya menggerogoti syaraf otaknya hingga penyakit stroke ia terima sampai di usia senja..

Lahan kosong yang di penuhi ilalang di sepanjang rel kereta api menjadi saksi perjuangan hidupnya.. Bangunan sederhana dengan kulit tembok yang sudah banyak mengelupas menjadi tempat tinggalnya hingga kini meski di bayang bayangi penggusuran..

 ‘.. saya ini pejuang dan ingin tetap berjuang sampai saya mati nanti..’

kalimat singkat padat makna itu terucap dari mulut seorang saksi perjuangan merebut kemerdekaan, di iringi senyum renta sang istri..

Kini setelah merelakan anak anaknya berjuang di berbagai bidang dan tempat, tinggalah Ilyas yang masih aktif sebagai ketua pengurus Pusat Yayasan Pejuang Siliwangi Indonesia (Yapsi) walau tidak tiap hari ke kantor karna ketiadaan alat transportasi pribadi..

 ‘.. tidak tiap hari sih.. berat di ongkos dan capek.. Paling dua kali dalam seminggu.. itung itung olah raga naik turun angkot..’

 Ah.. kesahajaan seorang veteran.......


http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/17/veteran-dedicate-to-ilyas-karim/

Ketika Sang Saka Tak Bermakna Apa-apa…
















Di sebuah Halaman instansi pemerintah


 Di saat upacara bendera 17-an


 ……………..


 “Kepada Sang Saka Merah Putih…..Hormaaaaaaaaaaaaaat …Grakkkk…”


 Serentak, diiringi Indonesia Raya, mereka menghomat sang Saka


 Dan




Si A….bergumam


“Bosennnn….


Bendera butut kayak gini aja…pake dihormati segala……..


Udah kering masih aja dijemur…..”


…………………………..


 Si B membayangkan…..


“Semoga abis upacara ini


Pak Felix bener-bener memenuhi janjinya beri uang pelicin


Untuk urusan proyeknya…….


Lumayan…25 juta…Cash”


………………………………


 Lalu


 Si C….ber-“doa”


“Semoga……


Laporan fiktif itu


Bisa segera selesai………..


Dan segera bisa ditandatangani untuk pencairan Dana ke dua……”


 ……….


 Dan


 Di ujung jalan


 Ada seseorang pria renta bertongkat…..


 Mendongak ke arah sang saka yang menjelang ujung tiang…..


 Dia bersyukur


“Alhamdulillah…….


Perjuanganku dulu bersama teman-teman


Kini “SANGAT DIHARGAI” oleh para penerusku


Meski


Aku harus kehilangan salah satu kakiku……”


 Tiba-tiba terdengar suara….anak kecil


“Kek…


Kok kakek menangis…??”


………………………


………………………





 Poentjak goenoeng, 16-08-11


http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/08/17/ketika-sang-saka-tak-bermakna-apa-apa/

Riwu Ga, Sukarno dan Proklamasi 1945

Satu tokoh sejarah yang tidak pernah terungkap.....

"Di hari tuanya siapa yang mengenal Riwu, dia hanya memacul tanah tandus di Flores, Riwu tak seperti pejabat yang dengan mobil mewah ke Istana dan dengan jas puluhan juta menghormat pada bendera Indonesia Raya. Ia hanya orang tua yang rapuh dan ia tidak pernah diundang ke Istana, karena mungkin saja bau dekil dan baju kotor tak pantas bagi Istana yang megah. Tapi tanpa Riwu kita tak mengenal Indonesia seperti apa yang kita kenal sekarang......"




Pada tahun 1934 saat Bung Karno baru saja sampai di tempat pembuangannya di Ende, Flores. Ada seorang muda yang senang melihat kedatangan orang buangan dari Jawa. Anak berumur 14 tahun itu bernama Riwu Ga. Ia setiap pagi berjalan 3 kilometer untuk menonton orang dari Jawa yang katanya terkenal. Suatu siang saat Bung Karno sedang mengerjakan potongan kayu untuk ganjel pintu, Riwu Ga datang membawa pisang dan bertanya-tanya pada Sukarno tentang caranya membuat potongan kayu. Sukarno adalah seorang Insinyur, tapi ia selalu bicara dengan bahasa yang dimengerti lawan bicara dan Sukarno senang dengan anak ini yang banyak ingin tau. Saat itu jam 10 pagi, Sukarno dan Riwu bicara sampai sore.

Akhirnya Sukarno meminta Riwu membantu di rumahnya, banyak juga pemuda flores membantu di rumah Sukarno. Riwu ikut maen tonil dan membenahi baju-baju pemain tonil sambil belajar lagu Indonesia Raya dengan caranya yang gembira. Ia senang dan melompat-lompat ketika Bung Karno melawak dan menceritakan soal yang seru-seru.

Tahun 1942 Jepang datang ke Indonesia, Bung Karno akan dibawa ke Australia oleh Belanda dengan alasan untuk menyelamatkan jiwa Sukarno. Tapi saat di pinggir pesawat Riwu minta ikut, Bung Karno memaksa Belanda agar Riwu ikut ke Australia, tapi Belanda menolak. Bung Karno juga menolak bila Riwu tidak diajak, jadilah Bung Karno tidak diajak ke Australia. Sejarah Indonesia akan berubah total andai Riwu tidak memaksa dirinya ikut….

Saat dibuang ke Bengkulu dan berjalan kaki di tengah hutan lebat Inggit, Sukarno dan Riwu menuju Kota Padang. Di Padang mereka tinggal di kota itu beberapa bulan, Sukarno tiba di Djakarta bersama Riwu yang setia mengikutinya. Riwu adalah pembantu kesayangan Sukarno dan Ibu Inggit. Saat Proklamasi 1945 dibacakan dan Fatmawati isteri baru Sukarno yang berada di samping Bung Karno saat membacakan Proklamasi, mata Riwu berkaca-kaca dalam hatinya berteriak : “Mustinya Ibu Inggit yang disana, mustinya Ibu Inggit yang berdiri di bawah kibaran merah putih, karena Inggitlah yang tau susah dan jerih payah Sukarno.

Beberapa jam setelah Proklamasi, Sukarno memanggil Riwu dan menyuruh untuk ngabarin satu Djakarta sudah merdeka. Riwu mencari Jeep dan diajaknya seorang bernama Sarwoko yang menyetir. Di tengah jalan Riwu berteriak “Merdeka…Merdeka…Merdeka!!!!!!!” sambil mengepalkan tangan keras-keras. Orang2 pada bingung melihat kelakuan Riwu tapi akhirnya paham, orang tau Sukarno sudah memerdekakan Republik ini.

Di hari tuanya siapa yang mengenal Riwu, dia hanya memacul tanah tandus di Flores, Riwu tak seperti pejabat yang dengan mobil mewah ke Istana dan dengan jas puluhan juta menghormat pada bendera Indonesia Raya. Ia hanya orang tua yang rapuh dan ia tidak pernah diundang ke Istana, karena mungkin saja bau dekil dan baju kotor tak pantas bagi Istana yang megah. Tapi tanpa Riwu kita tak mengenal Indonesia seperti apa yang kita kenal sekarang.


http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/16/riwu-ga-sukarno-dan-proklamasi-1945/

Sebelum Menyebar, Kenali Kanker Payudara Pada Pria - gayahidup.inilah.com



Ternyata Penyakit Kanker Payudara bukan monopoli kaum wanita saja, kaum Pria juga harus waspada dengan penyakit yang satu ini.


Sebelum Menyebar, Kenali Kanker Payudara Pada Pria - gayahidup.inilah.com

Menggugat Nasionalisme, Patriotisme & Harga Diri






" Ternyata Apresiasi dunia atau masyarakat internasional terhadap Indonesia, sesungguhnya cukup besar bahkan bisa disebut luar biasa. Indonesia termasuk sedikit di antara 193 negara anggota PBB yang cukup diperhitungkan di percaturan politik global " 


Menggugat Nasionalisme, Patriotisme & Harga Diri - nasional.inilah.com

Selasa, 16 Agustus 2011

Jelajah Metro: Menengok Masjid Tertua Bercorak Tionghoa



Jelajah Metro: Menengok Masjid Tertua Bercorak Tionghoa: Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, berada di tengah pemukiman penduduk keturunan Tionghoa . Memiliki bangunan bercorak etnis China, masjid ...

Presiden Soekarno Buat Presiden Amerika Bertekuk Lutut


Presiden Soekarno buat Presiden Amerika Bertekuk Lutut


Bung Karno geram. Ike mencoba merayunya, “Tolong bebaskan pilotku”. Tapi Bung Karno tetap saja geram. Mungkin juga karena yang merayu Soekarno adalah Ike, seorang pria tua. Ike itu adalah nama panggilan D. Dwight Eisenhower, presiden AS di masa itu. Kali ini Amerika memang kena batunya.
Negara digdaya itu dibikin malu Indonesia ketika pilotnya, Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka. Kedok yang membuktikan AS melalui CIA sudah main api dengan petualangannya di balik pemberontakan separatisme di Indonesia. Termasuk juga infiltrasi AS yang mempersenjatai para pemberontak itu. Ini yang bikin Bung Karno geram, dan mulai memainkan kartu trufnya.
Bung Karno yang tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya.
Inilah moment bersejarah ketika Indonesia yang miskin untuk pertama kalinya punya posisi tawar tinggi di hadapan “juragan kaya”, Amerika.
Bung Karno tidak cuma menuntut Amerika mesti minta maaf. Tapi masih ada sederet permintaan lain yang bikin Amerika “maju kena mundur kena”. Eisenhower minta Indonesia melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau melepas begitu saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya.
Allen Pope

Inilah kisah bagaimana Bung Karno dengan amarah “memiting leher Allen Pope” sambil telunjuknya memberi isyarat agar Amerika mau bersimpuh di kaki Bung Karno (tentu saja ini hanya simbolisasi teatrikal).
Gantung Allen Pope! Hukum mati Allen Pope! Begitu gelombang protes di depan kedutaan AS di Jakarta setelah Allen Pope tertangkap. tahun 1958 itu . Rakyat Indonesia memang dibikin naik darah oleh kelakuan Allen Pope. Soalnya si pilot ini sudah menjatuhkan bom di Ambon yang memakan tak sedikit korban jiwa.

Di tengah suasana panas itu, teman-teman Mas Tok atau Guntur Soekarnoputra tidak berhenti menjejalinya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pilot Allen Pope.
Percakapan Bung Karno dengan putra sulungnya berkaitan hal itu, sudah banyak diungkap berbagai sumber. Tapi sebetulnya ada yang lebih penting lagi di balik percakapan antara Bung Karno dan Mas Tok berikut ini.

Bung Karno sedang mandi. Mas Tok yang masih remaja menggedor-gedor pintu kamar mandi. Tidak sabar. Karena pintu terus digedor, Bung Karno melongok sebentar. “Ada apa tho Mas Tok? Bapak belum selesai mandi”.
Begitu pintu terbuka, Mas Tok langsung menyambar ayahnya dengan pertanyaan, “Bener nggak sih bapak menukar pembebasan Allen Pope dengan tebusan pesawat Hercules?”. Mas Tok memang tidak sabaran ingin segera tahu jawabnya. Saat itu juga dia harus mendapatkan bocoran jawabannya. Memang sebelumnya di antara teman-temannya, mereka sudah kasak-kusuk membenarkan gosip itu. Mas Tok jadi panas juga. Soalnya sebagai anak Bung Karno, seharusnya dia lebih tahu dari teman-temannya.
Mas Tok yang penasaran tidak perlu menunggu lama menanti jawab ayahnya. Pertanyaan Mas Tok itu langsung disambar dengan tawa khas ayahnya. Menggelegar, “Hahahahaha……biar saja Amerika kasih Hercules itu buat Bapak. Kalau Amerika kirim pesawat lagi, nanti Bapak suruh tembak lagi. Sebagai tebusannya, Bapak minta Marilyn Monroe dan Ava Gardner”.
Ava Gardner

Itu humor khas Bung Karno. Humor seorang negarawan nyentrik. Cara Bung karno bercanda dengan politikus sejawatnya sehari-hari, tidak beda jauh dengan guyonan-nya dengan anak-anaknya. Mas Tok dan adik-adiknya sudah hafal adat ayahnya. Dasar Bung Karno!
Tapi sebetulnya di balik canda itu, mungkin bahkan Bung Karno dan Mas Tok sendiri waktu itu belum menyadari sesuatu. Yaitu buntut dari posisi tawar Indonesia tadi, Bung Karno telah memulai tonggak lahirnya sejarah armada baru bagi AURI, yaitu lahirnya skuadron Hercules di Indonesia. Armada ini kelak turut punya andil dalam merebut Irian Barat dari Belanda.
Itu semua berawal dari negosiasi tarik ulur demi pembebasan seorang pilot yang bikin Amerika gelisah. Bagaimana tidak? Soalnya kalau tidak segera diselamatkan, bisa-bisa pilot itu buka mulut tentang info rahasia yang berkaitan dengan permainan CIA.
Dulu serangan Maukar ke Istana didesas-desuskan akibat Bung Karno menggoda tunangan sang pilot.
Gosip selanjutnya menghantam Bung Karno lagi. Yaitu pembebasan pilot Allen Pope digosipkan karena Bung Karno dirayu oleh istri Pope, yang sengaja didatangkan dari Amerika. Walaahhh..
Kedengaran kayak gosip murahan. Tapi tunggu dulu! Sejarah kadang memang diwarnai gosip murahan, yang bermuara pada hasil yang tidak murahan. Konon itu yang namanya intrik politik tingkat tinggi. Intrik yang menggunakan sisi kelemahan Bung Karno. Kelemahan apalagi kalau bukan soal perempuan? Mentang-mentang Bung Karno mata keranjang.
Bung Karno memang mata keranjang. Tapi pihak yang anti Bung Karno kadang memanipulasi sisi ini secara berlebihan. Sama halnya CIA yang menggunakan kelemahan don yuan-nya Bung Karno untuk menjatuhkan kredibilitas presiden RI di mata rakyatnya. Menjatuhkan Bung Karno adalah satu-satunya cara agar Amerika bisa bercokol kuat di Indonesia. Sudah dicoba segala cara agar Bung Karno jatuh, tidak berhasil juga. Dicoba dengan cara ancaman embargo, penghentian bantuan…..ehhh Bung Karno malah teriak, “Go to hell with your aid!”.


Go to hell with your aid!


Akhirnya CIA pakai cara lain. Yaitu infiltrasi ke berbagai pemberontakan di Indonesia. Puncaknya terjadi dalam pertempuran di pulau Morotai, tahun 1958. Ketika itu TNI (pasukan marinir, pasukan gerak cepat AU, dan AD) menggempur Permesta, gerakan pemberontakan di Sulawesi Utara.
Persenjataan Permesta tidak bisa dianggap enteng. Soalnya ada bantuan senjata dari luar. Tadinya tudingan bahwa CIA adalah biang kerok semua ini masih dugaan saja. Ketika kapal pemburu AL dan mustang AU melancarkan serangannya, satu pesawat Permesta terbakar jatuh.
Sebelum jatuh, ada dua parasut yang tampak mengembang keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut di pohon kelapa. TNI segera membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry Rantung anggota Permesta. Dan yang tak terduga, satunya lagi bule Amerika. Itulah si pilot Allen Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita, terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak pelak lagi, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah dalang pemberontakan separatis, bukan isapan jempol!
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam kalimat Allan Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat B-26 yang dipilotinya jatuh dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL, komentar Pope: “Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah itu dia masih sempat minta rokok.




B-26 kena tembak

Tapi sebetulnya yang lebih bikin malu Amerika bukan soal kalah yang dikatakan Pope tadi. Tapi tertangkapnya Allan Pope mengungkap permainan kotor AS untuk menggulingkan Soekarno. Amerika terus ngeyel menyangkal. Tapi bukti-bukti yang ada, akhirnya membungkam mulut Amerika.
Taktik kotor itu jadi gunjingan internasional. Tanpa ampun, kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak. Amerika terpaksa berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk mengguncang Bung Karno (untuk sementara) dihentikan.
Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960. Lalu Soekarno juga diundang John Kennedy di bulan April 1961. Di balik segala alasan diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa disangkal itu semua buntut dari cara Bung Karno memainkan kartunya terhadap Amerika.
Selama periode itu, Bung Karno main tarik ulur dengan pembebasan Pope. Tarik ulur itu berjalan alot. Karena Bung Karno ogah melepaskan Pope begitu saja. Bung Karno sengaja berlama-lama “memiting leher” Allan Pope sebelum Amerika meng-iya-kan permintaan Indonesia. Amerika mati kutu. Tak ada jalan lain. Negosiasi pun segera dimulai. Negosiasi alot yang memakan waktu 4 tahun, sebelum akhirnya Allen Pope benar-benar bebas.
Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.

Soekarno bersama JFK

John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.
Dengan John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula, John mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa sejumlah misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.


Robert Kennedy dan istri (di belakang Soekarno)

Konon ketika itu juga Amerika mengirim istri Allen Pope yang cantik. Perhitungannya, wanita cantik mampu meluluhkan hati Bung Karno. Ini asal mula beredar issue bahwa Bung Karno dirayu istri Allen Pope. Yang tidak banyak disebutkan orang, yaitu ibu dan saudara perempuan Allen Pope juga datang memohon-mohon dengan tangisan minta belas kasihan Bung Karno.
Buat Bung Karno, pilot itu dibebaskan atau tidak dibebaskan, hasilnya sama saja. Yaitu tidak membuat korban-korban bom si pilot bisa hidup kembali. Jadi kenapa tidak memanfaatkan saja ketakutan Amerika yang ciut kalau pilot itu buka mulut?
Bung Karno memainkan kartu trufnya atas dasar apa yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada waktu itu. Indonesia betul-betul sengsara dan kelaparan, jadi butuh uang dan nasi. Indonesia sedang bertempur melawan Belanda untuk merebut Irian Barat. Jadi butuh senjata, sejumlah perangkat perang dan armada tempur.
Permintaan Bung Karno itu tentu saja tidak disampaikan dengan cara mengemis. Tapi dengan cara yang menyeret Amerika untuk membuat interpretasi diplomatik. Mau tidak mau, isyarat diplomatik Soekarno bikin Amerika harus bisa membaca yang tersirat di balik yang tersurat.
Dibanding Ike alias Eisenhower, John Kennedy lebih peka membaca isyarat itu. Itulah yang dimaksud Bung Karno bahwa John Kennedy mengerti dirinya. Kennedy tidak cuma sekedar mengundang Bung Karno ke Amerika untuk plesiran. Tapi juga ada tindak lanjut nyata di balik undangan diplomatik itu.
John paham Indonesia butuh perangkat perang untuk merebut Irian Barat. Di antaranya armada tempur. Karena itu diajaknya Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung Karno dbantu dalam pembelian 10 pesawat hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.


Lockheed ,Burbank- California.


Negosiasi pembebasan Allen Pope antara Ike dan Bung Karno tadinya alot. Tapi jadi licin jalannya dengan John. Dia tidak pelit membalas “kebaikan” Bung Karno yang memenuhi permintaan AS untuk membebaskan Allen Pope.

Allen Pope diadili

Hasilnya? Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat). Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo. Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.
Ternyata begini ini yang namanya negosiasi tingkat tinggi. Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara diam-diam oleh suatu misi rahasia di suatu subuh, Februari 1962. Negosiasi itu seluruhnya tentu makan biaya yang tidak sedikit. Siapa yang mesti membayar semua itu? Konon rekening Permesta yang harus membayar ganti rugi akibat negosiasi itu. Sempat terdengar selentingan bahwa jalan by pass Cawang-Tanjung Priok dan Hotel Indonesia lama di Bundaran HI Thamrin, adalah wujud dari ganti rugi itu. Benarkah demikian? Wallahualam.
Sayang hubungan mesra Bung Karno dengan Amerika berakhir setelah Kennedy terbunuh tahun 1963. Terbunuhnya Kennedy membuat CIA kembali leluasa mewujudkan mimpi lama yang sempat terhenti. Yaitu terus mengguncang kursi Bung Karno, hingga Putra Sang Fajar itu akhirnya benar-benar terbenam. Kita semua tahu bagaimana akhir episode itu.


Sumber : http://www.whooila.com/2010/10/presiden-soekarno-buat-presiden-amerika.