Minggu, 11 September 2011

Wanita Cantik Jadi Tamu Negara RI



Istana Merdeka di Jl. Merdeka Utara, Jakarta Pusat, tempat Presiden SBY berkantor sehari-hari pada Senin 12 September 2011 nanti bakal ada pemandangan yang agak berbeda. Protokol kenegaraan tetap ketat. Tetapi atmosfirnya akan sedikit lain.
Taman di seputar Istana bakal lebih kelihatan "sumringah". Para Paspampres yang biasanya berwajah serius, mungkin akan sedikit lebih rileks. Para wartawan foto dan kameramen bakal lebih tumpah ruah.
Semuanya disebabkan pada hari itu Istana Presiden akan kedatangan tamu seorang wanita cantik, berkulit putih bening dan untuk ukuran usianya tentu saja cukup mempesona. Bagi lelaki seusia Presiden SBY (62 tahun), wanita yang akan bercengkrama dengannya nanti, relatif masih muda (44 tahun). Sehingga Presiden SBY pun, wajahnya bakal tidak setegang seperti hari-hari belakangan ini.
Begitulah kurang lebih gambaran yang bakal terjadi manakala Presiden SBY menerima, Yingluck Chinnawat Shinawatra, wanita pertama dari Thailand yang menjadi Kepala Pemerintahan atau Perdana Menteri negeri tersebut.
Pembicaraan SBY dengan PM Yingluck diperkirakan tidak akan membahas hal-hal yang berat. Sebab kunjungan itu sendiri lebih bersifat sebuah kunjungan kehormatan untuk memperkenalkan diri.
Indonesia merupakan Ketua ASEAN 2011. Sehingga dalam tatakrama diplomasi, wajar apabila seorang PM baru dari sebuah negara anggota melakukan semacam audiensi. Yingluck baru sebulan lalu menjadi PM Thailand, tepatnya Agustus 2011 dan Kabinetnya baru dilantik pada 10 Agustus.
Kendati kunjungan PM Yingluck tidak dipadati dengan agenda-agenda berat, namun di sisi lain sosok wanita pemimpin negara sahabat ini, memiliki banyak hal yang menarik.
Yingluck merupakan adik kandung dari Thaksin Shinawatra, PM Thailand yang digulingkan para jenderal di negara itu pada 19 September 2006. Saat itu kakaknya sedang menghadiri Sidang Umum PBB di New York. Akibat penggulingan itu, kakaknya tidak bisa kembali ke Thailand hingga sekarang.
Yingluck sebetulnya tidak pernah bercita-cita menjadi PM Thailand. Bahkan ketika Partai Pheu ingin mencalonkannya sebagai pimpinan partai tersebut, dia menolaknya. Isteri dari Amusom Amornchat, seorang CEO Charoen Pokphand, sebuah perusahaan raksasa di Thailand, lebih suka menggeluti bidang bisnis.
Tetapi nampaknya para pendukung partai lebih menyukainya. Sebab Yingluck sudah terlibat dalam kegiatan demonstrasi massal yang dikenal dengan sebutan "Red Shirt" atau baju merah yang sempat melumpuhkan Thailand di 2009.
Si bungsu dari 9 bersaudara ini akhirnya menerima jabatan pimpinan partai, setelah abangnya Thaksin yang kini memegang paspor Montenegro-pecahan Yugoslavia, memintanya harus menerima tawaran tersebut. Itu sebabnya setelah Yingluck terpilih menjadi PM, salah satu tantangan yang oleh para pengamat sebut adalah kekurang pengalamannya di bidang politik dan pemerintahan.
Yingluck bahkan disebut sebagai "boneka" abangnya. Sebab sebelum Yingluck terjun ke dalam politik, ia juga salah seorang eksekutif di perusahaan raksasa milik Thaksin. KetikaThaksin digulingkan sebagai Perdana Menteri dan terpaksa menetap di Manchester bahkan sempat membeli klub sepakbola Manchester City, adalah Yinluck yang secara de facto mengurus kerajaan bisnis Thaksin.
Alasan lain mengapa Yingluck disebut sebagai boneka kakaknya, karena adalah Thaksin sendiri yang memuji Yingluck. "Dia bukan hanya saudara perempuan saya. Tetapi dia adalah kloning saya. Apa yang dia pikirkan dan yang dia ucapkan adalah sama dengan saya.....", ujar Thaksin yang hingga saat ini paspor Thailand-nya masih dibekukan.


Boleh jadi keterikatan emosional di antara mereka berdua, sedemikian kuat. Sebab ketika Yingluck aktif dalam kegiatan demonstrasi menentang pemerintahan sebelumnya, alumni Kentucky State University, Amerika Serikat ini memang menyuarakan perjuangan seperti yang dilakukan Thaksin. Yaitu ia ingin memberikan kesetaraan kepada masyarakat kecil yang hidup di pedesaan.
Selama kampanye pemilu, salah satu tema yang dia jual adalah jika partainya menang, dia akan memberikan pemgampunan kepada para jenderal yang mengkudeta kakaknya. Tentu saja hal ini tidak sepenuhnya dipercaya oleh lawan-lawan politiknya.
Tetapi para pengamat melihat Raja Thailand sendiri cukup percaya kepada PM yang ke-28 ini. Sebab ketika Ketua Parlemen mengusulkan kepada Raja Bhumibol Aduladej agar Yingluck pada 8 Agustus 2011 dapat menjadi PM, Raja justru menetapkan waktu yang lebih cepat yaitu 5 Agustus.
Proses dan perubahan statusnya dari seorang wanita pengusaha menjadi politisi kemudian Perdana Menteri berjalan begitu cepat. Semuanya terjadi di 2011. Sehingga sekalipun Yingluck sudah menjadi tokoh formal sekaligus Kepala Pemerintahan, banyak orang masih tertarik mendiskusikan sisi kecantikannya.
Kecantikannya bukan karena soal wajah semata. Tetapi sejarah kehidupan keluarganya, orangtua dan nenek moyangnya, memang cukup menarik. Kakeknya berasal dari Guangzhou, China yang bermigrasi ke Thailand. Di negeri gajah ini, kakeknya menikah dengan wanita pribumi Thailand.
Seperti kebanyakan imigran China di AsiaTenggara, keluarga Yingluck yang besar di daerah Chiang Mai juga menekuni dunia bisnis. Sehingga keluarga PM ke-28 Thailand ini sejak lahir sudah cukup akrab atau lebih akrab dengan dunia usaha.
Hanya kakak perempuannya saja yang bisa dibilang punya keterlibatan dalam dunia politik. Namun itu karena kakaknya menikah dengan Somchai Wangsawat, Perdana Menteri ke26 Thailand yang memerintah negeri itu 18 September 2008 - 2 Desember 2008.
Sebelum ke Indonesia, Yingluck lebih dulu memgunjungi Brunei Darussalam. Dan setelah dari Jakarta, Yingluck langsung terbang ke Phnom Penh, ibukota Kamboja.



Sumber : Detik

1 komentar: